Bunker Yang Tertimbun Selama Tiga Tahun

Butuh 54 Jam untuk Menggali Bunker Kaliadem

image

SETELAH selama tiga tahun seolah hilang akibat tertimbun material merapi setebal empat meter, Bunker Kaliadem di Kepuharjo akhirnya bisa diketahui keberadaannya. Tidak mudah untuk menentukan lokasi pastinya, lantaran tanda-tanda yang bisa menjadi petunjuk keberadaan bunker juga turut hilang bersamaan dengan erupsi dahsyat 2010 silam. Butuh waktu dua hari untuk merekonstruksi jalan yang menuju ke bunker, dan menghabiskan waktu selama 54 jam pengerukan menggunakan backhoe hingga akhirnya bunker berhasil dibersihkan.

“semuanya pakai feeling, sekian meter dari jalan dan sekian meter dari gundukan tanah yang masih tersisa, ternyata benar, akhirnya ditemukan,” ungkap Kepala Desa Kepuharjo, Heri Suprapto yang berinisiatif melaksanakan pengerukan terhadap bunker yang sempat memakan korban dua orang relawan pada tahun 2006 silam ini.
Ia menambahkan niat untuk membuka kembali bunker tersebut didasari oleh keinginan warganya yang ingin menjadikan bukti kedahsyatan erupsi merapi itu sebagai obyek wisata yang menarik bagi para wisatawan. Niat ini pun baru terlaksana pada pekan ini, dimulai dengan pengerukan material merapi yang menimbun seluruh bunker. Selanjutnya, material padat yang mengisi seluruh isi ruangan pun akan segera dibersihkan secara manual. Heri tak menjelaskan secara rinci kapan pembersihan tersebut akan dilaksanakan, hanya saja ia mengisyaratkan bahwa proses itu akan dilaksanakan dalam waktu dekat ini.

Kini, meskipun belum bersih seluruhnya, namun bentuk dan struktur bunker sudah bisa disaksikan. Di bagian depan terdapat undakan tangga yang masih utuh. Beberapa bagian sudah rusak, namun akibat terkena alat berat ketika dikeruk. Di bagian depan pintu baja setebal 15 cm, terdapat plakat identitas bunker, di sampingnya ada meter listrik yang sudah tak berbentuk. Sementara pintu tebal berbahan baja solid yang sudah berkarat ini seolah terkunci pada posisi terbuka oleh material padat merapi yang memenuhi isi ruangan bunker. Timbunan material yang mengisi bagian dalam bunker ini menutup hingga 75 persen ketinggian atap bunker. Hingga menyisakan sedikit celah untuk melongok ke dalam bunker yang gelap.

Heri merinci, bunker tersebut tertutup material merapi setebal empat meter di bagian depan, 1,5 meter di bagian badan bunker. Sementara jalan di bagian depan bunker tertimbun material setebal 1,5 meter. Ketika digali, masih tercium bau belerang yang cukup menyengat. “Lapisan pertama setebal satu meter terdiri atas material abu merapi, kemudian sisanya terdiri atas material berat, semisal pasir dan bebatuan,” jelasnya.

Sementara keberhasilan menemukan lokasi bunker ini, berawal dari direkonstruksinya jalur transportasi yang berada di depan bunker. Dihitung dari jalan, diperkirakan bunker berada pada jarak 15 meter ke arah utara. Berbekal feeling kuat, satu unit backhoe pun dikerahkan untuk mengeruk timbunan material merapi. Benar saja, pondasi bagian depan sebelah kiri langsung tampak menandakan perkiraan lokasi itu tepat. 54 jam kemudian, seluruh bangunan depan bunker berhasil dibersihkan.

Lantaran timbunan material yang sedemikian tebalnya, warga sekitar pun tak begitu mengetahui secara pasti lokasinya. Oleh karena itu, wajar saja jika kemudian bunker ini menjadi obyek yang menarik untuk disaksikan. Sejumlah warga Kepuharjo pun mengaku penasaran ingin melihat lebih dekat bunker terutama setelah erupsi besar merapi. Satu diantaranya yakni Ardiansyah. Ia mengajak istri dan seorang anaknya untuk mengabadikan gambar di lokasi bunker.

“Saya yakin, ini bisa menjadi obyek wisata yang menarik,” ucap warga Kepuharjo ini.

Senada dengan penjelasan Ardiansyah, Heri Suprapto pun mengamini bahwa nantinya diharapkan lokasi itu bisa menjadi obyek wisata yang mampu meningkatkan pendapatan warga setempat. Ke depannya, akan ada penataan tanpa menghilangkan jejak sejarah erupsi merapi. Untuk pengelolaannya, akan diserahkan kepada warga, termasuk tarif dan ongkos ojek untuk menuju lokasi. Intinya, tambah Heri, penentuan harga jangan sampai terlalu memberatkan warga sekitar.

Berkaca pada konflik Goa Pindul, Heri menegaskan bahwa sejak awal, warga dan pihak pemerintahan desa sudah memiliki komitmen bersama untuk memanfaatkan bunker sebagai sumber mata pencaharian yang sepenuhnya untuk kepentingan warga. Ia menjamin, konflik pengelolaan obyek wisata tidak akan terjadi di wilayahnya.

“Saya berani jamin, semuanya sudah se-iya se-kata, di sini tidak akan terjadi konflik seperti yang menimpa Goa Pindul,” tandasnya.

Leave a comment